Selamat Datang di Blog Ayu I'u Gek

Kamis, 24 Mei 2012

ASBELIA N FRIEND

Kisah Cinta Kendari-Kolaka-Kendari

Ayu I’u_Gek


      Dalam kehidupan, terkadang seseorang akan mengalami masa-masa sulit yang mengharuskannya menitikkan air mata. Terkadang bahkan membutuhkan bahu orang lain untuk sekedar bersandar atau mungkin menyembunyikan wajah untuk menangis. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi, manusia adalah makhluk sosial dan untuk itu manusia selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
       Izinkan kuperkenalkan diriku. Orang-orang memanggilku Ayu, si jutek yang cerewet dan keras kepala. Kata ‘egois’ selalu melekat padaku. Tidak pernah kuberikan kesempatan pada orang lain untuk mengetahui siapa diriku karena aku tak pernah bisa percaya pada orang lain.
     Ini adalah kisahku, bagaimana aku menemukan ASBELIA dan salah satu gadis manis yang mengajari ASBELIA tentang kefeminiman. Nani, kami memanggilnya dengan nama itu. Seorang gadis yang tertutup dan pencemberut tetapi baik hati dan tidak sombong.
     Sebut kami ASBELIA karena kami adalah gadis-gadis belia yang baru saja mengerti arti perbedaan, permusuhan, dan persahabatan. Kami sedang memulai persahabatan yang sejati.
***

      Gadis-gadis remaja ini adalah mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di FKIP Unhalu. Persahabatan terjalin saat mereka memulai pencarian jati diri di tanah rantau yang diberi nama ‘ Kota Kendari’. Gais-gadis yang berasal dari daerah yang berbeda ini diberi suatu penghargaan untuk duduk di kelas yang sama. Mungkin sudah menjadi takdir dari Hyang Maha Pencipta karena ternyata mereka juga memiliki satu kegemaran yang sama, yaitu dunia seni dan sastra.
      Laskar Sastra Unhalu menjadi tempat bagi gadis-gadis ini untuk memulai mengembangkan kecintaan mereka terhadap seni dan sastra. Dan dimulailah masa-masa sulit yang menyebabkan lahirnya ASBELIA.
       Saat itu, diruang kelas nampak mereka duduk bersama. “Hey bagaimana ini, kamu mau ikut ke Kolaka?” tanya Bia pada sahabat-sahabatnya. “Saya tidak tahu juga , jangan sampai ada mata kuliah yang masuk.” jawab Ayu. “Iya,, saya masih bingung, saya takut-takut juga.” ucap Sarni yang diberikan anggukan kepala oleh Erly, “Iya, saya tidak mau juga tinggalkan kuliah.” Hening sejenak, lalu Nani menimpali, “Pokoknya saya mau ikut, saya ingin tahu itu Kolaka. Kalo tidak ada kuliah kita pergi sama-sama saja.” Nani dengan penuh semangat mengajak teman-temannya untuk setuju. “Kamu bagaimana Lia?” tanya Ayu pada Lia. “Saya ikut-ikut saja, yang penting kita sama-sama.”
        Perdebatan kecil kerap terjadi diantara mereka pada saat-saat penantian tersebut, hingga hari akhir pun tiba. Meraka tak dapat berangkat bersama karena kesibukan jadwal kuliah yang berbeda. Sehingga Ayu harus berangkat sehari lebih awal dari teman-temannya. “Ngga apa-apa kan kalo saya berangkat duluan? Maaf ya, kita tidak bisa sama.” kata Ayu sebelum keberangkatannya. “Sudah, tidak apa-apa kok, kamu itu pemain utamanya, jadi harus pergi. Nanti kita menyusul karena mereka juga akan tampil” jawab Bia sambil menatap Ayu.  “Tidak apa-apa kok, kan nanti kita juga akan tetap sama-sama disana.” jawab Lia sambil tersenyum. Sarni pun ikut menimpali jawaban dari Lia “Iya, tidak apa-apa, Ayu. Kamu tenang saja, nanti kita menyusul.” Tak ada yang pernah menyadari bahwa senyum itu akan menjadi tangisan yang menyakitkan di kota Kolaka.
***

        “Kenapa kamu tidak sms kami kalo kalian akan tampil duluan? Apa gunanya kita datang kesini kalau akhirnya tidak tampil?” “Saya tidak masalah kalau tidak tampil, tapi setidaknya kalian beritahu kita supaya kita tidak buru-buru.” “Ini bukan kesalahan kita, kita sudah menunggu tapi mobil terlambat menjemput, kalau seperti ini kita pulang saja.”
         Mata-mata itu memerah menatap Ayu yang hanya bisa terpaku. Berbagai ocehan dan omelan terdengar. “Maaf, ada masalah yang terjadi disini sehingga penampilan drama kita dimajukan. Saya sudah bilang untuk tampil kedua tapi karena masalah itu, hanya kita yang tampil mala mini.” kata Ayu dengan gugup. “Iya, tapi setidaknya kalian sms kita, apa gunanya ada Hp, banyaknya yang punya Hp masa tidak ada yang bisa sms kita.” Lia tampak marah dan membuang muka. Ia sesegukan menahan amarah. “Tidak masalah kalau kita tidak tampil, yang penting ada pemberitahuan. Kita pulang saja kalau sudah begini.” Sarni tampak menangis dan kecewa.
          “Iya, saya tahu saya salah. Tapi sejak siang saya sudah tidak pegang Hp, Hpku dipegang oleh Adil. Sumpah saya pusing sekali dengan masalah ini. maaf sekali sudah kecewakan kalian. Saya juga tidak ingin seperti ini. saya ingin tampil dengan kalian, tapi…” Nani tiba-tiba memotong pembicaraan Ayu. “Sudah kita pulang saja, saya mau minta jemput sekarang.” Dengan tatapan terluka Bia meminta penjelasan. “Asal kalian tahu, kita sudah terburu-buru. Paman bahkan meninggalkan kuliahnya agar dapat tampil. Tapi sampai disini cuma kecewa yang kami dapatkan. Jujur kami kecewa pada kalian.”
       Teman-teman lain berusaha menenangkan dan menerangkan keadaan yang terjadi. Perdebatan sangat alot dan panas. Ayu menunduk memandang tatapan marah dari sahabatnya. Perih dan sakit telah tertoreh, air mata telah tercucur. Kata maaf tak bisa begitu saja melulukan hati yang terlukan dan terkhianati. Dan Ayu berlari untuk menangis. Tak tahu apa yang terjadi hanya itulah yang dapat dilakukan untuk saat ini.
         Bia menghampiri Ayu dan memeluknya. “Sudah, jangan menangis. Kami hanya kecewa karena tidak ada yang memberitahukan perubahan jadwal pentas. Kami tidak sepenuhnya menyalahkan kamu. Teman-teman sudah berusaha agar tiba tepat waktu, tapi setibanya disini kami melihat kalian sudah tampil di atas panggung dan itu sangat mengecewakan.” Bia mencoba menghibur Ayu. “Iya, tapi ini salahku, seharusnya kita berangkat bersama-sama supaya kita tampil sama-sama. Tidak seperti ini, saya tidak bisa menjaga kepercayaan kalian. Saya minta maaf.” dengan terbata-bata disela tangisnya Ayu mencoba untuk berbicara. “Iya, saya mengerti, tapi kamu juga harus mengerti kalau temna-teman sedang kecewa. Saya juga kecewa, tapi mau apa lagi, semuanya sudah terjadi.” ungkap Bia pada Ayu.
       Beberapa lama Ayu menangis dalam pelukan Bia. “Ayolah sejak kapan Ayu yang saya kenal cengeng begini? Yang saya tahu Ayu itu periang dan tidak suka menangis, ternyata kamu cengeng ya. Teman-teman tidak akan marah, kita hanya ingin menyampaikan perasaan kiita. Sudah ya, tidak enak dilihat yang lain. Sudah ya, kamu tampil dengan bagus tadi dan kamu terlihat cantik. Jadi, hentikan tangisnya, ok.” Kata Bia sambil menghapus air mata di wajah Ayu yang sedari tadi membasahi pipinya.
***

         Kejadian di Kolaka membuka jalinan komunikasi yang lebih baik untuk persahabatan mereka. Setibanya kembali di Kendari, mereka menjadi lebih akrab dan sering bersama. Hingga pada suatu malam Ayu mengusulkan suatu gagasan untuk mempererat persahabatan mereka.
       “Teman-teman bagaimana kalau kelompok ini kita beri nama SABILIE?” Kata Ayu meminta persetujuan dari sahabat-sahabatnya. “Apa itu Sabilie?” Tanya mereka sambil melihat pada Ayu. “SABILIE adalah singkatan dari nama kita. Sarni, Ayu, Bia, Lia, dan Erly. Bagaimana, kalian setuju? Ini untuk mempererat persahabatan kita.” Sejak itu, terbentuklah kelompok persahabatan gadis-gadis remaja tersebut. Namun sayang SABILIE tidak bertahan lama karena satu dan lain hal nama SABILIE terganti menjadi ASBELIA yang berarti Ayu, Sarni, Bia, Erly, dan Lia. ASBELIA memiliki makna yang sangat dalam bagi persahabatan mereka, lima orang sekawan.
ASBELIA
‘AS’yik ‘BE’rsama se’L’alu set’I’a sampai ‘A’khir.

     Persahabatan itu berlangsung hingga sekarang dan berharap akan tetap hingga nanti. Persahabatan ini terjadi dari perbedaan karakter dan budaya antar sesamanya. Persahabatan yang mereka sadari akibat kesalahpahaman yang membuat keterbukaan itu justru sesuatu yang menyakitkan namun dapat mempersatukan.
      Inilah persahabatan yang mereka jalani. Ayu, adalah seorang gadis Bali beragama Hindu dengan watak yang keras dan cuek. Sarni, seorang gadis Gu-Lakudo yang ramai namun pemalu. Bia, sangat tempramen dan bijaksana namun rapuh dengan latar belakang kehidupan Lombenya yang sangat kental. Sedangkan Erly adalah gadis Wabula-Pasar Wajo yang pendiam yang lucu dan brilian, dan Lia, seorang gadis Jawa yang tegas dan keibuan. Perbedaan agama dan latar belakang sosial tidak menghalangi mereka untuk merajut tali persahabatan.
      Inilah kisah persahabatan kami. Kisah yang mungkin tak menarik namun sangat berarti bagi kami. Kisah yang tak akan pernah kami lupakan. Kisah yang mempersatukan kami, mengajarkan kedewasaan dalam menyikapi kehidupan.
      Sebut kami Asbelia karena kami adalah gadis-gadis belia yang baru saja mengerti arti perbedaan, permusuhan, dan persahabatan. Kami sedang berusaha menjaga dan menjalani persahabatan yang sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar