Selamat Datang di Blog Ayu I'u Gek

Kamis, 31 Mei 2012

Analisis Cerpen “Cantik” Karya Putu Wijaya


Makna Cantik dari Permainan Elit

Ayu I'u_Gek

     “Cantik” adalah salah satu cerpen yang diciptakan oleh Putu Wijaya sebagai hasil dari ide kreatifnya dalam menulis. Cerpen ini secara umum menceritakan tentang kehidupan para petinggi negara kita yang hidupnya mau seenaknya saja dalam menggunakan kekuasaannya. Bisa dikatakan cerpen ini dibuat atas dasar sindiran kepada mereka yang berkuasa.
     Putu Wijaya (sastrawan serba bisa) dilahirkan di Tabanan, Bali, 11 April 1944. Karya-karya penulis dramawan dan cerita pendek paling produktif di Indonesia yang atas undangan Fulbright pernah mengajar di Amerika Serikat antara 1985-1989, antara lain: Telegram (1972; novel yang memenangkan hadiah Sayembara Mengarang Roman DKJ 1971), Stasiun (1977; novel pemenang hadiah Sayembara Mengarang Roman DKJ 1971), Dar-Der-Dor (1996), Aus (1996), Zigzag (1996), Tidak (1999). Sejumlah karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Rusia, Perancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand. Pada tahun 1991, atas prestasi dan pencapaiannya dalam bidang kebudayaan, ia menerima Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
      Nama aslinya adalah I Gusti Ngurah Putu Wijaya tapi biasa disebut Putu Wijaya. Tidak sulit untuk mengenalinya karena topi pet putih selalu bertengger di kepalanya. Kisahnya, pada ngaben ayahnya di Bali, kepalanya digundul. Kembali ke Jakarta, selang beberapa lama, rambutnya tumbuh tapi tidak sempurna, malah mendekati botak. Karena itu, ia selalu memakai topi.
      Ia sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga menulis skenario film dan sinetron. Sebagai dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Puluhan penghargaan ia raih atas karya sastra dan skenario sinetron.
      Harian Kompas dan Sinar Harapan kerap memuat cerita pendeknya. Novelnya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison. Memenangkan lomba penulisan fiksi baginya sudah biasa. Sebagai penulis skenario, ia dua kali meraih piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Sebagai penulis fiksi sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak diperbincangkan: Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam, Sobat, Nyali.
      Putu yang dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944, bukan dari keluarga seniman. Ia bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat dan jauh, dan punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Semula, ayahnya mengharapkan Putu jadi dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Ia akrab dengan sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.
  • Landasan
       Karya sastra merupakan wujud dan bentuk dari perilaku yang diciptakan, contoh karya sastra yang sederhana adalah cerpen. Cerpen merupakan karya sastra yang  menarik dan sederhana. Menceritakan sebuah konflik secara singkat dan lugas, namun memiliki unsur-unsur sastra yang menarik. Cerpen yang di analisis adalah cerpen karya Putu Wijaya. Putu Wijaya merupakan salah seorang sastrawan yang produktif. Karya-karya Putu Wijaya banyak mendapatkan tanggapan dari para kritikus sastra. Berbagai komentar terhadap novel-novel Putu Wijaya baik yang bersifat sekilas atau yang sifatnya mendalam dalam bentuk esei bermunculan di media massa, buku, maupun dalam forum-forum seminar. Cerpen dan karya-karya Putu Wijaya menarik dan dikenal oleh masyarakat, sehingga menarik untuk dianalisis.
      Berikut ini akan dicoba untuk sedikit menelaah gambaran salah satu cerpen karya Putu Wijaya yaitu cerpen “Cantik.”
  • Alur dan Pengaluran
       Cerpen “Cantik” menyajikan suatu episode kisah yang runtut dan teratur dari awal mula kisah hingga akhir kisahnya yang mengejutkan. Cerpern ini terdiri dari tiga buah bagian. Bagian pertama menyajikan dialog yang terjadi antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan (sekuen 1-7). Bagian kedua mengisahkan tentang perundingan anggota panitia untuk menanggapi hasil dialog bersama gubernur (sekuen 8-9). Dan bagian ketiga menggambarkan tentang hasil pemilihan ulang Ratu Kecantikan yang tetap tidak disetujui oleh gubernur (sekuen 10-14).
     Cerpen dengan sebagian tokoh nyata namun abstrak ini diawali dengan deskripsi suasana pertemuan antara gubernur dan Panita Pemilihan Ratu Kecantikan, kemarahan gubernur pada Panita Pemilihan Ratu Kecantikan (sekuen 1). Cerita berlanjut pada tanggapan panitia atas kemarahan gubernur (sekuen 2), tindakan gubernur menanggapi jawaban Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan (sekuen 3). Dan deskripsi percakapan antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan (sekuen 4).
      Dalam diskusi itu terjadi perdebatan panjang antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan hingga menghasilkan keputusan bahwa pemenang Pemilihan Ratu Kecantikan bukanlah dari pilihan panitia melainkan pilihan masyarakat yang mengirimkan kartu pos kepada panitia. Agar hal tersebut diketahui oleh masyarakat maka gubernur meminta kepada Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan untuk mengumumkannya kepada publik, seperti dipertegas dalam sekuen berikutnya, tindakan gubernur agar panitia mengumumkan hasil lomba bukan dari pilihan mereka (sekuen 5). Namun panitia menolak permintaan gubernur (sekuen 6) karena hal tersebut telah diketahui oleh masyarakat umum. Kembali terjadi perdebatan antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan hingga akhirnya gubernur marah besar dan meyatakan bahwa mereka bukanlah pemenang Pemilihan ratu kecantikan dan kemenangan mereka adalah palsu sehingg tetap harus diadakan pemilihan ulang. Ini adalah keputusan final gubernur dan ia tidak mau keputusannya diganggu gugat. Ini dipertegas dalam sekuen berikutnya, perilaku gubernur yang menginginkan agar permintaannya tetap dipenuhi (sekuen 7).
      Bagian kedua ditandai dengan adanya deskripsi selesainya pertemuan antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan (sekuen 8). Dialog dihentikan karena gubernur harus pergi ke luar negeri untuk menghadiri festival yang diadakan oleh negara sahabat. Tindakan panitia untuk memenuhi permintaan gubernur untuk melakukan pemilihan ulang (sekuen 9)  dilakukan karena pihak perusahaan meminta dilakukannya pemilihan ulang agar citra majalah mereka tidak rusak dimata masyarakat. Akhirnya Pemilihan Ratu Kecantikan diulangi dan menghasilkan keputusan yang lumayan mengejutkan.
      Hasil keputusan yang ternyata tidak memenuhi kriteria membuat gubernur terkejut dan mengeluh (sekuen 10) di hadapan para wartawan. Gubernur kembali memanggil para panitia untuk berdialog kembali untuk membahas hal itu (sekuen 11). Percakapan menghasilkan keputusan bahwa masyarakat telah salah memilih karena memilih wanita adam sebagai pemenang Ratu Kecantikan. Hal ini membingungkan panitia karena harus diadakan pemilihan ulang. Tapi ternyata gubernur tidak menginginkan pemilihan ulang melainkan ia mengeluarkan secarik kertas yang berisikan nama-nama yang akan menggantikan nama-nama pemenang hasil pemilihan Ratu Kecantikan yang kedua (sekuen 12-14).
       Kini sampai pada penentuan fungsi utama. Urutan fungsi utama cerpen “Cantik” adalah:
  1. Pertemuan antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan karena gubernur kecewa pada  hasil pemilihan.
  2. Diadakannya pemilihan ulang untuk memilih Ratu Kecantikan yang berasal dari Putri Daerah
  3. Hasil pemilihan ulang mengecewakan gubernur sebab dimenangkan oleh 5 wanita adam.
  4. Gubernur membatalkan hasil pemilihan ulang dan meminta panitia mengganti nama-nama pemenangnya berdasarkan nama-nama yang telah ia tuliskan dalam secarik kertas.

        Cerpen ini berawal dari pertemuan antara gubernur dan panitia pemilihan ratu kecantikan karena gubernur kecewa pada hasil pemilihan (FU 1). Gubernur lalu meminta diadakan pemilihan ulang untuk memilih ratu kecantikan yang berasal dari Putri Daerah (FU 2). Panitia lalu melaksanakan pemilihan ulang untuk memilih ratu Kecantikan, namun sayangnya hasil dari pemilihan ulang tersebut mengecewakan gubernur karena dimenangkan oleh 5 wanita adam (FU 3). Hal ini menyebabkan gubernur membatalkan hasil pemilihan ulang dan meminta panitia untuk mengganti nama-nama pemenangnya berdasarkan nama-nama yang telah ia tuliskan dalam secarik kertas (FU 4).
  • Tokoh
       Tokoh pertama yang kita temui dalam cerpen adalah Gubernur. Di Indonesia gubernur adalah jabatan yang dipegang oleh seseorang yang memimpin suatu provinsi. Gubernur dikisahkan tidak menyetujui hasil Pemilihan Ratu Kecantikan karena tidak dimenangkan oleh Putri Daerah.
“Gubernur marah besar. Panitia pemilihan Ratu Kecantikan 2008 dipanggil. Mereka dicecer dengan berbagai pertanyaan. Mengapa dari 9 wanita tercantik pilihan masyarakat tidak seorang pun adalah putri daerah?”

      Gubernur dikisahkan sebagai seseorang yang otoriter dan mau menang sendiri. Apa yang dikatakannya harus diikuti dan tak boleh dibantah.
“Tidak bisa! Saudara harus mengumumkan bahwa 9 wanita tercantik ini bukan pilhan kita, tapi pilihan yang mengirim jawaban saja.”

       Sementara kutipan dibawah ini menggambarkan bahwa gubernur berwatak egois dan licik.
“Tidak usah! Tapi ganti pemenangnya dengan ini!”
Gubernut mengeluarkan secarik kertas dari kantungya.
“Cabut nama-nama itu dan gantikan dengan nama-nama ini! Kita bukan masyarakat yang sakit!”

      Tokoh kedua yang terlihat adalah para Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan. Mereka terkesan penurut dan tunduk pada apa saja yang diperintahkan oleh gubernur. Semua yang diucapkan oleh gubernur harus mereka turuti.
” Setelah mempertimbangkan masak-masak, panitia mengambil jalan tengah. Keputusan pemenang dibatalkan, karena dianggap ada indikasi sudah terjadi kekisruhan akibat kurangnya kriteria. Pemilihan akan akan diulang.”

        Dalam kutipan di bawah ini dapat diketahui bahwa watak para panitia adalah penakut.
“Panitia tidak berani menjawab. Gubernur sedang asyik dengan kemarahannya. Kalau dipotong bisa parah.”

      Dan tokoh yang ketiga adalah pihak perusahaan. Dalam cerpen ini tidak banyak dikisahkan tentang mereka. Dari cerita dapat diketahui bahwa tokoh pihak perusahaan digambarkan penakut, sebab mereka takut kehilangan citra dihadapan masyarakat.
“Para panitia segera berunding. Kemudian pihak perusahaan mendesak agar himbauan Gubernur dilaksanakan, karena menyangkut keselamatan majalah.”
  • Latar
        Latar ini dimaksudkan untuk memperkuat ide cerita dan membangkitkan emosi dalam membaca sehingga mudah memahamai apa maksud / isi dari cerita. Latar/setting juga dapat membantu menjelaskan pokok ide atau masalah yang sedang berlangsung.
     Dalam latar cerpen “Cantik” dimulai pada latar suasana dimana pada latar suasana itu terjadi pertemuan antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan. Dalam pertemuan tersebut terjadi dialog dan perdebatan hingga akhir pertemuan. Latar suasana juga terlihat pada akhir cerita yang kembali menyajikan dialog antara gubernur dan Panitia Pelaksana Ratu Kecantikan.
     Latar kedua yang ditampilkan dalam cerita adalah latar tempat, yaitu Bandara. Latar tempat juga disatukan dengan latar suasana sebab pada saat di bandara gubernur sempat mengadakan wawancara dengan wartawan.
“Hasilnya amat mengagetkan. Dari sembilan wanita tercantik di dalam negeri, ternyata lima di antaranya adalah wadam. Memang cantik tetapi sebenarnya lelaki. Guberbur yang baru pulang dari luar negeri terkejut. Di bandara, ia sudah ngomel di depan para wartawan, karena merasa tidak puas.”
  • Tema
         Yang mendasari tema dari cerpen “Cantik” ini adalah konflik. Tema ini dijumpai pada peristiwa dalam cerpen.
       Motif yang membangun tema dalam cerpen adalah adanya pertentangan antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu Kecantikan. Gubernur mempersalahkan prosedur pemilihan yang dilakukan oleh panitia dan bahkan bukan hanya satu kali. Pertentangan demi pertentangan serta dialog perdebatan terjadi dalam cerpen ini. Hal ini memperkuat  ide/tema yang mendasari terciptanay cerpen “Cantik.” Pertentangan ini terlihat pada kutipan:
“Tidak perlu, Pak, sebab mereka sudah tahu.”
“Tidak bisa! Saudara harus mengumumkan bahwa 9 wanita tercantik ini bukan pilihan kita, tapi pilihan yang mengirim jawaban saja.

     Pertentangan ini tidak berhenti hanya sampai disini. Pertentangan berlanjut sampai pada dikeluarkannya keputusan kedua hasil pemilihan ratu kecantikan. Kutipan pertentangan tersebut terlihat pada:
“Maksud Bapak kami harus mengulangi pemilihan ini sekali lagi?”
“Tidak usah! Tapi ganti pemenangnya dengan ini!”
Gubernur mengeluarkan secarik kertas dari kantungya.
“Cabut nama-nama itu dan gantikan dengan nama-nama ini! Kita bukan masyarakat yang sakit!”
  • Konteks Zaman
      Cerpen “Cantik” merupakan cerminan sifat universal manusia. Tokoh-tokah dalam cerpen menggambarkan kecenderungan sifat-sifat manusia dalam menghadapi hidupnya. Gubernur menggunakan kekuasaaannya untuk menekan para panitia yang dianggapnya lemah dan membutuhkan dirinya yang berkuasa untuk mendapatkan sedikit keringanan dalam hidupnya.
       Para panitia yang berada di bawah kekuasaan gubernur merasa takut untuk melawan keinginan gubernur, sebab gubernur memiliki kekuasaan yang besar untuk menghancurkan hidup mereka. Dalam dunia ini seolah-olah belaku hukum rimba, yaitu siapa yang kuat maka dia yang akan menang. Hal ini menyebabkan mereka dengan setia mengikuti apa yang dikatakan oleh gubernur.
     Dan tokoh pihak perusahaan demi menjaga image dan martabat perusahaannya, rela melakukan apa saja agar imagenya tetap terjaga dimata masyarakat.
      Secara menyeluruh cerpen ini mengambarkan tipe-tipe atau cara-cara yang dilakukan oleh masing-masing orang untuk menjalankan kehidupannya agar tetap hidup dalam keadaaan yang  nyaman dan menguntungkan. Setipa orang menghalalkan segala cara agar tetap dapat bertahan hidup. Suatu gambaran kehidupan yang tidak hanya ada dalam goresan pena (karya sastra) semata tetapi dapat dengan nyata kita lihat dalam kehidupan manusia sehari-hari.
  • Penutup
      Setelah menelaah cerpen “Cantik” karya Putu Wijaya, maka didapat beberapa kesimpulan berikut.
        Pengaluran cerpen “Cantik” tergolong sederhana. Melalui pengalurannya pembaca dapat dengan mudah memahami apa yang dimaksud oleh penulis melalui karyanya. Dalam cerpen ini ditemukan sekuen yang berulang yaitu pertemuan antara gubernur dan Panitia Pemilihan Ratu kecantikan (sekuen 1 dan 11) serta percakapan antara gubernur dan Panitia Pelaksana ratu kecantikan (sekuen 4 dan 12). Meskipun cerpen ini lebih didasarkan pada dialog yang terjadi antar tokoh, namun cerpen ini memiliki fungsi utama yang saling berkaitan satu sama lainnya.
       Penokohan dalam cerpen tidak dijelaskan secara fisik namun melalui dialog-dialog yang terjadi antar tokohnya. Yang menonjol dari cerpen ini adalah sifat tokoh yang tergolong sok berkuasa (egois) dan penurut serta tunduk pada atasan. Cerpen ini memberikan gambaran persoalan kehidupan manusia pada umumnya.
     Berdasarkan sekuen-sekuen yang ada, dapat ditelaah bahwa cerpen ini mengangkat tema kekuasaan dapat membuat manusia lupa pada daratan. Dengan kekuasaan yang dimiliki manusia selalu ingin dihormati dan dituruti keinginannya. Melalui penggmabaran tersebut, cerpen ini dapat dikatakan memiliki nuansa sindiran.


Daftar Urutan Sekuen Cerpen “Cantik”
  1. Deskripsi suasana pertemuan antara gubernur dan Panita Pemilihan Ratu Kecantikan : kemarahan gubernur kepada panitia (= sekuen 11).
  2. Tanggapan panitia atas kemarahan gubernur.Tindakan gubernur menanggapi jawaban Panita Pemilihan Ratu Kecantikan.
  3. Deskripsi percakapan antara gubernur dan Panita Pemilihan Ratu Kecantikan (= sekuen 12).
  4. Tindakan gubernur agar panitia mengumumkan hasil lomba bukan dari pilihan mereka.
  5. Tindakan panitia menolak permintaan gubernur.
  6. Perilaku gubernur yang tetap menginginkan agar permintaannya dipenuhi.
  7. Deskripsi suasana selesainya pertemuan antara gubernur dan Panita Pemilihan Ratu Kecantikan
  8. Tindakan panitia dalam memenuhi permintaan gubernur dengan melakukan pemilihan ulang.
  9. Keluhan gubernur terhadap hasil pemilihan ulang.
  10. Deskripsi pertemuan gubernur dengan Panita Pemilihan Ratu Kecantikan (= sekuen 1).
  11. Percakapan gubernur dengan Panita Pemilihan Ratu Kecantikan (= sekuen 4).
  12. Keluhan panitia kepada gubernur karena akan diadakan pemilihan ulang Ratu Kecantikan.
  13. Tindakan gubernur menjawab keluhan panitia dengan mengeluarkan secarik kertas yang berisikan nama-nama pengganti pemenang Pemilihan Ratu Kecantikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar